Makalah Tindakan Foceps

Created by : Ika Desy
Yogyakarta, 4 Desember 2012

 
BAB I
PENDAHULUAN

A.       LATAR BELAKANG
Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci. Pada dasarnya tiap tangkai forceps mempunyai 4 komponen. Komponen tersebut adalah daun, leher, kunci, dan gagang. Tiap daun mempunyai dua lengkungan, yakni lengkung sefalik (lengkung kepala) dan lengkung pelvik (lengkung panggul). Lengkung kepala sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan bentuk kepala bayi, sedangkan lengkung panggul sesuai dengan jalan lahir. Daun forceps berbentuk oval sampai bulat panjang dan ada beberapa variasi lain yang lebih fleksibel agar dapat memegang kepala bayi dengan lebih kuat.
Lengkung kepala harus cukup besar untuk memegang kepala bayi dengan kuat tanpa menimbulkan kompresi, namun tidak terlalu besar agar alat tersebut tidak meleset. Lengkung panggul kurang lebih sesuai dengan sumbu jalan lahir, tetapi diantara berbagai alat forceps harus terdapat variasi yang luas. Daun forceps dihubungkan dengan bagian gagang melalui leher dengan panjang yang mengikuti kebutuhan alat tersebut. Macam persendian atau kunci forceps bervariasi menurut macam alat.
Cara penguncian yang umum terdiri dari sebuah ceruk yang terletak dileher forceps pada sambungannya dengan bagian gagang, dan ceruk ini pas dengan ceruk serupa yang terletak pada leher tangkai forceps lainnya. Bentuk penguncian semacam ini umumnya disebut kunci inggris. Kunci geser digunakan pada beberapa jenis forceps, misalnya forceps Kielland dan forceps Barton, dimana sebuah penampung bentuk U tunggal terpasang ditengah pada leher tangkai forceps kiri untuk menerima leher tangkai forceps kanan. Kunci geser memudahkan leher untuk bergerak maju mundur secara bebas. Bagian-bagian kunci forceps dengan tife yang cukup berbeda, yaitu kunci Perancis, terdiri dari sebuah mata mur baut. Setelah tiap tangkai mata baut dan mata baut dikencangkan untuk mengunci secara kuat kedua tangkai forceps tersebut menjadi satu.

B.       TUJUAN
          1.     Untuk mengetahui  pengertian ekstrasi  focep
          2.    Untuk mengetahui klasifikasi ekstraksi forcep
          3.    Untuk mengetahui tujuan persalinan ekstraksi forcep
          4.    Untuk mengetahui indikasi dilakukan ekstrasi forcep
          5.    Untuk mengetahui kontra indikasi dilakukan ekstrasi forcep
         6.    Untuk mengetahui syarat-syarat dilakukannya tindakan ekstrasi  forcep
        7.    Untuk mengetahui jenis tindakan ekstraksi forcep
        8.    Untuk mengetahui teknik ekstraksi forcep
       9.    Untuk mengetahui komplikasi ekstraksi forcep
      10. Untukmengetahui diagnose yang mungkinmuncul
      11.  Untukmengetahuinosdannic




BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN
Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada saat daun forceps dipasang. Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah tindakan pemasangan forceps setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis berada pada diameter anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina.
Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps sebelum kriteria untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi. Adanya engagement biasanya dapat dibuktikan secara klinis oleh penurunan bagian terendah kepala sampai atau dibawah spina iskiadika dan pintu atas panggul biasanya lebih besar dari pada ajarak dan pintu atas panggul biasanya lebih besar daripada jarak diameter biparietal dengan bagian kepala bayi yang paling bawah.(Menurut sumber dari buku Obstetri Williams).
Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan. (Menurut sumber dari buku Pelayangan Kesehatan Maternatal & Neonatal)

B.  KLASIFIKASI EKSTRASI FORCEP
     Pada tahun 1988, ACOG mengeluarkan klasifikasi ekstraksi forsep, yaitu :
   1.  Outlet Forsep
a.   Skalp terlihat pada introitus tanpa memisahkan labia
b.   Kepala bayi telah mencapai dasar panggul
c.   Sutura sagitalis pada posisi anteroposterior atau ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau belakang
d.   Kepala bayi pada perineum
e.   Rotasi tidak melebihi 45 derajat
  2.   Low Forsep
a.   Kepala pada station > +2, namun tidak pada dasar panggul
b.   Rotasi kurang dari 45 derajat (ubun-ubun kecil kiri/kanan depan atau kiri/kanan belakang atau belakang)
c.   Rotasi lebih dari 45 derajat
       3.   Midforsep
a.   Station diatas +2 namun kepala engaged
4.      High
 a.   Tidak dimasukkan kedalam klasifikasi

C.  TUJUAN PERSALINAN EKSTRAKSI FORCEP
Menurut Rustam Mochtar 1998, persalinan dengan ekstraksi forceps bertujuan:
1.    Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2.    Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan   depan atau sekali-kali. Ubun-ubun melintang kiri dan kanan atau ubun-ubun kiri atau kanan belakang menjadi ubun- ubun depan ( dibawah symphisis pubis)
3.   Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala

D.  INDIKASI
Indikasi pertolongan ekstraksi forceps adalah
1.      Indikasi ibu
a.   Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai H III- H IV.
b.   Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir artinya partus sudah berlangsung lama.
c.   Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia berbau.
d.   Eklamsi yang mengancam
e.   Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap, ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
f.   Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan asma broncial.
g.   Partus tidak maju-maju
h.   Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2.      Indikasi janin Gawat janin
Tanda-tanda gawat janin antara lain :
a.   Cortonen menjadi cepat takhikardi 160 kali per menit dan tidak teratur
b.   DJJ menjadi lambat bradhikardi 160 kali per menit dan
tidak teratur
c.   Adanya mekonium (pada janin letak kepala) Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik.

E.  KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi dari ekstraksi forceps meliputi:
1.    Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagisehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2.   Anencephalus
3.   Adanya disproporsi cepalo pelvik.
4.   Kepala masih tinggi
5.   Pembukaan belum lengkap
6.   Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel.
7.   Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih

F.  SYARAT DILAKUKAN EKSTRAKSI FORCEP
Keputusan untuk melakukan ekstaksi forsep sama pentingnya dibandingkan dengan keputusan untuk seksio sesarea. Terdapat persyaratan minimum untuk ekstraksi forsep, yaitu:
1.   Kepala janin engaged
2.  Selaput ketuban telah pecah
3.  Pembukaan lengkap
4.  Anak hidup termasuk keadaan gawat janin
5.  Penurunan H III atau H III- H IV ( puskesmas H IV atau dasar panggul)
6.  Kontraksi baik
7.  Ibu tidak gelisah atau kooperatif
8.  Posisi janin diketahui dengan pasti
9.  Panggul telah dinilai adekuat
10.               Terdapat anestesi yang sesuai
11. Operator mempunyai ketrampilan dan pengetahuan mengenai peralatan
12.               Adanya kemauan untuk membatalkan tindakan bila ekstraksi forsep tidak lancar
13.               Informed consent baik oral meskipun lebih baik tertulis

G.  JENIS TINDAKAN
Berdasarkan pada jauhnya turun kepala, dapat dibedakan  beberapa macam tindakan ekstraksi forceps, antara lain:
1.    Forceps rendah
Dilakukan setelah kepala bayi mencapai H IV, kepala bayi mendorong perineum, forceps dilakukan dengan ringan disebut outlet forceps.
2.   Forceps tengah
Pada kedudukan kepala antara H II atau H III, salah satu bentuk forceps tengah adalah forceps percobaan untuk membuktikan disproporsi panggul dan kepala. Bila aplikasi dan tarikan forceps berat membuktikan terdapat disproporsi kepala panggul . Forceps percobaan dapat diganti dengan ekstraksi vaccum.
3.    Forceps tinggi
Dilakukan pada kedudukan kepala diantara H I atau H II, forceps tinggi sudah diganti dengan seksio cesaria.

H.  TEKNIK EKSTRAKSI FORCEP
Pasien diposisikan dalam posisi litotomi dengan tungkai fleksi dan abduksi. Vulva dan perineum diberikan solusi antiseptik yang cukup. Kandung kemih dinilai, bila perlu dikosongkan. Pemeriksaan dalam dilakukan lagi, untuk meyakinkan bahwa semua syarat forsep telah terpenuhi.
Tujuan aplikasi forsep adalah untuk mencakup kepala secara simetris. Bilah forsep harus terpasang secara simetris pada sisi kepala bayi dan melewati malar eminensia. Setelah forsep terpasang, harus dilakukan pemeriksaan ulang apakah aplikasi telah tepat sebelum dilakukan traksi atau rotasi.
Penilaian untuk aplikasi forsep yang tepat adalah :
1.    Sutura sagitalis tegak lurus dengan plana forsep
2.   Ubun-ubun kecil berada satu jari diatas dari plana forsep,  dan mempunyai jarak yang sama dari kedua sisi bilah
3.   Jika bilah yang dipakai merupakan yang fenstrated, fensetrasi hanya satu jari didepan dari kepala bayi

I.   KOMPLIKASI
Komplikasi atau penyulit ekstraksi forceps adalah sebagai berikut
1.    Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps dibagi menjadi
a.   Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat berupa:
1)   Perdarahan
Dapat disebabkan karena atonia uteri, retensio plasenta serta trauma jalan lahir yang meliputi  ruptura uteri, ruptura cervix,
robekan forniks, kolpoforeksis, robekan vagina, hematoma luas,
robekan perineum.
2)  Infeksi
Terjadi karena sudah terdapat sebelumnya, aplikasi alat
menimbulkan infeksi, plasenta rest atau membran bersifat asing yang dapat memudahkan infeksi dan menyebabkan sub involusi uteri serta saat melakukan pemeriksaan dalam.
b.    Komplikasi segera pada bayi
1)  Asfiksia
Karena terlalu lama di dasar panggul sehingga  terjadi rangsangan pernafasan menyebabkan aspirasi lendir dan air ketuban. Dan jepitan langsung forceps yang menimbulkan perdarahan intra kranial, edema intra kranial, kerusakan pusat vital di medula oblongata atau trauma langsung jaringan  otak. Infeksi oleh karena infeksi pada ibu menjalar ke bayi 
3)  Trauma
Trauma langsung forceps yaitu fraktura tulang kepala dislokasi sutura tulang kepala; kerusakan pusat vital di medula oblongata; trauma langsung pada mata, telinga dan hidung; trauma langsung pada persendian tulang leher; gangguan fleksus brachialis atau paralisis Erb, kerusakan saraf trigeminus dan fasialis serta hematoma pada daerah tertekan.
2.   Komplikasi kemudian atau terlambat
a.     Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps
1)   Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunder serta jahitan robekan jalan lahir yang terlepas.
2)  Infeksi
Penyebaran infeksi makin luas
3)  Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal,
terjadinya fistula rekto vaginal dan terjadinya fistula utero
vaginal.
b.     Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
1)   Trauma
ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps.
2)  Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis sampai meningitis.
3)  Gangguan susunan saraf pusat
4)  Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan
gangguan intelektual.
5)  Gangguan pendengaran dan keseimbangan.

J. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1.    Nyeriakutberhubungandenganagenciderabiologis.
2.   Resikoinfeksi
3.   Kecemasan
4.   Kurangpengetahuanberhubungandengantidakfamilierdengansumberinformasi.

K. NOC DAN NIC

Diagnose
Noc
Nic
1.     Nyeriakutberhubungandenganagenciderabiologis
NOC :
·         Pain Level,
·         pain control,
·         comfort level
·         Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
·         Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
·         Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
·         Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
·         Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
·         Tanda vital dalam rentang normal
·         Tidak mengalami gangguan tidur



NIC :
·         Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
·         Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·         Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·         Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·         Kurangi faktor presipitasi nyeri
·         Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·         Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
·         Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
·         Tingkatkan istirahat
·         Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
·         Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
2.     Resikoinfeksi
NOC :
·         Immune Status
·         Knowledge : Infection control
·         Risk control
·         Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
·         Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
·         Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
·         Jumlah leukosit dalam batas normal
·         Menunjukkan perilaku hidup sehat
·         Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

NIC :
·         Pertahankanteknikaseptif
·         Batasipengunjung bila perlu
·         Cucitangansetiapsebelum dan sesudahtindakankeperawatan
·         Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
·         Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
·         Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
·         Tingkatkan intake nutrisi
·         Berikan terapi antibiotik:.................................
·         Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
·         Pertahankan teknik isolasi k/p
·         Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
·         Monitor adanya luka
·         Dorong masukan cairan
·         Dorong istirahat
·         Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
·         Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

3.     Kecemasan
NOC :
·         Kontrol kecemasan
·         Koping
·         Setelah dilakukan asuhan selama ……………klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:
·         Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
·         Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
·         Vital sign dalam batas normal
·         Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NIC :
·         Anxiety Reduction (penurunankecemasan)
·         Gunakan pendekatan yang menenangkan
·         Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
·         Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
·         Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
·         Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
·         Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
·         Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
·         Dengarkan dengan penuh perhatian
·         Identifikasi tingkat kecemasan
·         Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
·         Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
·         Kelola pemberian obat anti cemas:........

4.     Kurangpengetahuanberhubungandengantidakfamilierdengansumberinformasi.

NOC:
·         Kowlwdge : disease process
·         Kowledge : health Behavior
·         Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
·         Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
·         Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
·         Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
·         Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
·         Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
·         Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
·         Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
·         Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
·         Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
·         Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
·         Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
·         Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
·         Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat







BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin (kepala) dengan alat porceps. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan menjadi tumpuan keberhasilan.
Adapun tujuan persalinan dengan ekstraksi forceps adalah:
1.    Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2.    Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau dikanan   depan atau sekali-kali. Ubun-ubun melintang kiri dan kanan atau ubun-ubun kiri atau kanan belakang menjadi ubun- ubun depan ( dibawah symphisis pubis)
3.   Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala


DAFTAR PUSTAKA
Long C Barbara, 1996, PerawatanMedika Bedah, YIA PendidikanKeperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
Sastrawinata Sullaiman, 1983, ObstetriFisiologi, Offset, Bandung
Sastra, Sulaiman, 1983, ObstetriPatologi, Elemen Banddung
Johnson Marion. Maas Maridean. Noorhead Sue. 1997. Nursing OutcomesClassification (NOC). United States of America. EGC.
Mc Closkey Joanne C. Bulecheck Gloria M. 1997. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America. EGC.
Santosa Budi. 2005. Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006. Jakarta: Prima Medika.


Terimakasih telah berkunjung & Semoga membawa manfaat bagi kita semua... :)
Oleh : Ika Desy | Humas Himika 2012/2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar