Makalah Penyulit Dalam Persalinan Letak Lintang

Created by : Dini Kurniawati
Yogyakarta, 3 Desember 2012

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh....


TUGAS MAKALAH
PENYULIT DALAM PERSALINAN
DENGAN MASALAH PERSALINAN LETAK LINTANG

DOSEN PENGAMPU :
MAULIDA RAHMAWATI EMHA, S.Kep., Ns


DISUSUN OLEH :
DINI KURNIAWATI
(M10.01.0031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2012



KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Subhaanahuwata’alaa Yang Maha Mendengar Lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Penyulit Dalam Persalinan dengan masalah Persalinan Letak Lintang dengan waktu yang telah direncanakan.
Dalam proses menyelesaikan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang berarah positive pada tugas penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis harapkan saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
            Akhirnya hanya kepada Allah Subhaanahuwata’alaa kita kembalikan semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswa ilmu keperawatan.


Yogyakarta ,  November  2012


Penulis






DAFTAR ISI


Kata Pengantar ................................................................................... 
Daftar Isi          ................................................................................... 
BAB I     PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..............................................................
B.     Rumusan Masalah..........................................................
C.     Tujuan............................................................................
D.    Manfaat.........................................................................
BAB II    TINJAUAN TEORI
A.    Definisi..........................................................................
B.     Insiden...........................................................................
C.     Klasifikasi......................................................................
D.    Etiologi .........................................................................
E.     Diagnosis.......................................................................
F.      Tanda dan gejala............................................................
G.    Mekanisme persalinan ...................................................
H.    Komplikasi.....................................................................
I.       Penatalaksanaan ............................................................
J.       Pengkajian.....................................................................
K.    Diagnose........................................................................
L.     Perencanaan...................................................................
BAB III   PENUTUP
A.    Kesimpulan ....................................................................
B.     Saran ..............................................................................
Daftar Pustaka  ................................................................................... 




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Letak lintang merupakan salah satu malpresentasi janin yang dapat menyebabkan kelambatan atau kesulitan dalam persalinan. Letak lintang merupakan keadaan yang berbahaya karena besarnya kemungkinan risiko kegawatdaruratan pada proses persalinan baik pada ibu maupun janin.
Pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr.Pirngadi, Medan dilaporkan angka kejadian letak lintang sebesar 0,6 %; RS Hasan Sadikin bandung 1,9 %; RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1 % dari 12.827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3 % dan Holland 0,5-0,6 %. Bila persalinan letak lintang dibiarkan tanpa pertolongan akan dapat menyebabkan kematian baik pada ibu maupun janin. Ruptur uteri, perdarahan dan infeksi berakibat fatal bagi ibu sedangkan pada janin bisa terjadi prolapsus umbilikus, asfiksia hingga berlanjut pada kematian janin.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat terjadi karena menegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi 3. Letak lintang terjadi pada 1 dari 322 kelahiran tunggal (0,3%) baik di Mayo Clinic maupun di University of Iowa Hospital, USA. Di Parklannd Hospital, dijumpai letak lintang pada 1 dari 335 janin tunggal yang lahir selama lebih dari 4 tahun 2.
Dengan ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun janinnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi kematian janin pada letak lintang di samping kemungkinan terjadinya letak lintang kasep dan ruptura uteri, juga sering akibat adanya tali pusat menumbung serta trauma akibat versi ekstraksi untuk melahirkan janin.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi dari persalinan letak lintang
2.      Apa saja penyebab dari persalinan letak lintang
3.      Apa tanda dan gejala dari persalinan letak lintang
4.      Bagaimana mekanisme persalinan letak lintang
5.      Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk kehamilan dan persalinan letak lintang
6.      Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan letak lintang

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari persalinan letak lintang
2.      Untuk mengetahui penyebab dari persalinan letak lintang
3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari persalinan letak lintang
4.      Untuk mengetahui mekanisme persalinan letak lintang
5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk kehamilan dan persalinan letak lintang
6.      Untuk mengetahui  bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan persalinan letak lintang


D.    Manfaat
1.      Bagi Penulis
                                   Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai persalinan letak lintang
2.      Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang persalinan letak lintang lebih dalam.
3.      Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan pada ibu dengan persalinan letak lintang sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik.
4.      Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang masalah persalinan letak lintang pada ibu.




BAB II
TINJAUAN TEORI

  1. Pengertian
Letak lintang (Trasverse Lie ) adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada satu sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada PAP. Grenhi menyebutkan angka kejadiannya 0.3 % dan Holland 0,5-0,6 % dari kehamilan (Hanifa,1992).
Pada letak lintang tubuh bayi memanjang tubuh kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip  adalah letak lintang obliq (Cuningham,1995). Pada letak lintang sumbu anak tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan sumbu panjang ibu.
Terdapat 2 jenis letak lintang :
1.            Presentasi bahu (Presentasi akromion ) yaitu pada letak lintang , bahu yang menjadi bagian terendah .
2.            Dorso anterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah depan, dan dorso posterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah belakang (DS Bratakoesoema,2005)

   B.     Insiden
Letak lintang terjadi pada satu dari 322 kelahiran tunggl (0.3 persen) baik di Mayo Clinic maupun di University of Iowa (Cruikshank dan White, 1973; Johnson 1964). Angka kejadian letak lintang berkisar antara 0,5 – 2 %. Dari beberapa rumah sakit pendidikan di Indonesia dilaporkan : Medan 0,6 %, Jakarta 0,1 % (1948), Bandung 1,9 %. Grenhill melaporkan 0,3 %.5,8.




   C.    Klasifikasi
a.          Letak kepala
1.         Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
2.         Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
b.         Letak punggung
1.         Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
2.         Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
3.         Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
4.         Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior
Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%. Sedangkan di Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara daripada primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir sama dengan kelainan yang menyebabkan presentasi bokong . Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang rahim memberi kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin, jika dinding uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada wanita grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.

    D.    Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Penyebab utama Letak Lintang adalah :
1.            Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang.
2.            Janin prematur
3.            Plasenta previa
4.            Uterus abnormal
5.            Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati, Cairan amnion berlebih
6.            Panggul sempit
7.            Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar dari nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik / melintang.
8.            Plasenta previa dan panggul sempit menyebabkan keadaan serupa.

   E.     Diagnosis
1.      Inspeksi
Perut membuncit ke samping
2.      Palpasi
a.       Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
b.      Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
c.       Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3.      Auskultasi
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
4.      Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
a.       Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
b.      Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
c.       Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
d.      Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.

   F.     Tanda dan Gejala
   1.      Dengan inspeksi biasanya abdomen melebar kesamping dan fundus uteri membentang sedikit diatas umbilikus.
    2.      Ukuran tinggi fundus uterus lebih rendah tidak sesuai dengan umur kehamilan.
    3.      Pada palpasi :
a.       Leopold 1 tidak ditemukan bagian bayi di daerah fundus uteri
b.      Leopold 2 balotemen kepala teraba pada salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
c.       Leopold 3 & 4 memberikan hasil negative
   4.      Punggung mudah diketahui dengan palpasi, pada punggung anterior suatu dataran keras terletak melintang dibagian depan perut ibu. Pada punggung posterior bagian kecil dapat ditemukan pada tempat yang sama.
   5.      Bunyi jantung janin terdengar di di sekitar umbilicus
   6.      Pada pemeriksaan dalam :
a.       Pada awal persalinan bagian presentasi akan sangat tinggi dan sangat sulit untukdijangkau.
b.      Karena bagian presentasi yang buruk, selaput ketuban mungkin menggantung di vagina atau dapat lebih cepat pecah.
c.       Kelahiran stadium awal,  bagian dada bayi dapat dikenali dengan adanya rasa bergigi tulang rusuk diatas pintu atas panggul
d.      Kelahiran stadiun pertengahan, skapula dan kavikula pada sisi thoraks yang lain akan dapat dibedakan. Posisi aksila menunjukan sisi tubuh ibu tempat bahu bayi menghadap. Punggung dapat ditentukan dengan terabanya skapula dan ruas tulang belakang, sedangkan dada dengan teraba klavikula.
e.       Kehahiran stadium lanjut, bahu masuk serta terjepit dalam rongga panggul dan salah satu tangan atau lengan sering menumbung ke dalam vagina dan lewat vulva.
f.       Pada beberapa kasus lengan dapat prolaps dan pemeriksa dapat membedakannya dengan kaki :
1)      Sikut lebih tajam daripada lutut
2)      Jari tangan lebih panjang daripada jari kaki
3)      Jari tangan tidak memiliki panjang yang sama
4)      Tangan tidak memiliki batas sudut terhadap lengan
5)      Ibu jari dapat disembunyikan ke dalam
6)      Kepalan tangan dapat tertutup
7)      Lutut mempunyai patela
g.      Pada pemeriksaan USG didapatkan letak lintang ( Hanifa,1992 & Cuningham,1995 & Mochrar,1995)

   G.    Mekanisme Persalinan
Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas panggung tidak tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada letak memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah lebih dulu pecah sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap. Setelah ketuban pecah, maka tidak ada lagi tekanan pada bagian bawah, sehingga persalinan berlangsung lebih lama.
His berperan dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan kontraksi yang semakin kuat, maka anak makin terdorong ke bawah. Akibatnya tubuh anak menjadi membengkok sedikit, terutama pada bagian yang mudah membengkok, yaitu di daerah tulang leher. Ini pun disebabkan karena biasnaya ketuban sudah lekas pecah dan karena tak ada lagi air ketuban, maka dinding uterus lebih menekan anak di dalam rahim. Dengan demikian bagian anak yang lebih rendah akan masuk lebih dulu ke dalam pintu atas panggul, yaitu bahu anak.
Karena pada letak lintang pintu atas panggul tidak begitu tertutup, maka tali pusat seringkali menumbung, dan ini akan memperburuk keadaan janin.
Bila pembukaan telah lengkap, ini pada awalnya tidak begitu jelas tampaknya. Karena tidak ada tekanan dari atas oleh bagian anak pada lingkaran pembukaan, makan lingkaran ini tidak dapat lenyap sama sekali, senantiasa masih berasa pinggirnya seperti suatu corong yang lembut. Penting untuk diketahui, bahwa tidak ada pembukaan yang benar-benar lengkap pada letak lintang seperti halnya pembukaan lengkap pada letak memanjang. Tandanya pembukaan itu sudah lengkap adalah lingkaran pembukaan itu mudah dilalui oleh kepalan tangan pemeriksa, sedangkan pada pembukaan yang belum lengkap, kepalan tangan pemeriksa sukar untuk memasuki lingkaran tersebut.
Lain halnya dengan letak memanjang, pada letak lintang setelah pembukaan lengkap, karena his dan tenaga mengejan, badan anak tidak dapat dikeluarkan dari rongga rahim, akan tetapi sebagian besar masih di dalam uterus, meskipun tubuh anak menjadi semakin membengkok..
Jika ini terjadi terus menerus, maka akan terjadi suatu letak lintang kasep, dimana tubuh anak tidak dapat lagi didorong ke atas. Letak lintang kasep terjadi bukanlah karena lamanya persalinan, namun faktor yang penting ialah karena faktor kuatnya his. Pada letak lintang kasep, biasanya anak telah mati, yang disebabkan karena kompresi pada tali pusat, perdarahan pada plasenta, ataupun cedera organ dalam karena tubuh anak terkompresi dan membengkok.
Bila keadaan kasep ini dibiarkan saja, makan dapat terjadi ruptur uteri yang sangat berbahaya pada bagi ibu.

    1.      Evolutio spontanea
a.          Menurut denman
Pada cara denman bahu tertahan pada simpisis dan dengan fleksi kuat di bagian bawah tulang belakang, badan bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan bagian atas dan kepala.
b.         Menurut Douglas
Pada cara Douglas bahu masuk ke dalam rongga panggul, kemudian dilewati oleh bokong dan kaki, sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjunya disusul oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin (Wiknjosastro, 2006 : 625).
     2.      Conduplicatio corpore
Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul. Kadang – kadang oleh karena his, letak lintang berubah spontan mengambil bangun semula dari uterus menjadi letak membujur, kepala atau bokong, namun hal ini jarang terjadi. Kalau letak lintang dibiarkan, maka bahu akan masuk ke dalam panggul, turun makin lama makin dalam sampai rongga panggul terisi sepenuhnya oleh badan janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut Letak Lintang Kasep = Neglected Transverse Lie Adanya letak lintang kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam; bila tangan dimasukkan ke dalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin. Bila tidak cepat diberikan pertolongan, akan terjadi ruptura uteri dan janin sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam rongga perut.


Pada letak lintang biasanya :
1.      Ketuban cepat pecah
2.      Pembukaan lambat jalannya
3.      Partus jadi lebih lama
4.      Tangan menumbung (20-50%)
5.      Tali pusat menumbung (10%)

   H.    Komplikasi
1.         Pada maternal
a.          Ruptur uteri dan traumatik uteri
b.         Infeksi
c.          Terdapatnya letak lintang kasep (Neglected Transverse Lie),yang berpotensi meningkatkan kematian pernatal,  diketahui dengan :
1)         Adanya ruptur uteri mengancam
2)         Tangan yang di masukan kedalam kavum uteri terjepit antara janin dan panggul
3)         Dengan narkosa dalam sulit merubah letak janin (Mochtar,1995)
Meningkatnya kematian maternal karena :
a.          Letak lintang selalu disertai plasenta previa
b.         Kemungkinan terjadi cedera tali pusat meningkat
c.          Keharusan tindakan Operasi SC tidak bisa dihindari
d.         Sepsis setelah ketuban pecah atau lengan menumbung melalui vagina
2.     Pada janin
Kematian janin akibat :
a.             Prolaps funikuli
b.            Aspiksia karena gangguan sirkulasi uteroplasental
c.             Tekukan leher yang kuat (DS Bratakoesoema,2005 & Cuningham,1995)


    I.       Penatalaksanaan
    1.      Pada kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
    2.      Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep, ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi. Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita dengan letak lintang sudah merupakan indikasi seksio sesarea. Sebelum persalinan/pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh, upaya versi luar layak dicoba. Karena baik kaki maupun kepala bayi tidak menempati Segmen Bawah Rahim (SBR), insisi melintang rendah pada uterus mungkin akan menyulitkan ekstraksi bayi. Umumnya insisi vertical lebih disukai.
Versi luar pada letak lintang hanya terdiri 2 tahap yaitu :
1.         Tahap rotasi
2.         Tahap fiksasi
Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam persalinan pervaginam. Berdasarkan ketetapan tersebut dikenal bentuk versi luar :
a.          Versi Sefalik : melakukan perubahan kedudukan janin menjadi letak kepala
b.         Versi podalik : perubahan kedudukan janin menjadi letak bokong (sungsang).
Untuk dapat melaksanakan versi luar perlu diperhatikan beberapa pertimbangan
berikut ini:
1.         Kontraindikasi versi luar
2.         Ketuban sudah pecah.
3.         Penderita mempunyai riwayat hipertensi
4.         Rahim pernah mengalami pembedahan : seksio sesaria, pengeluaran mioma uteri.
5.         Penderita pernah mengalami perdarahan selama hamil.
6.         Pernah mengalami tindakan operasi pervaginam.
7.         Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus infertilitas, sering mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau kelahiran mati, tinggi badan kurang dari 150cm, mempunyai deformitas pada tulang panggul/ belakang.
8.         Pada kehamilan kembar.
Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :
a.             Dilakukan pada usia kehamilan 34-36 minggu
b.            Pada inpartu dilakukan sebelum pembukaan 4 cm
c.             Bagian terendah belum masuk atau masih dapat dikeluarkan dari PAP
d.            Bayi dapat dilahirkan pervaginam
e.             Ketuban masih positif utuh
Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstraksi atau mengakhiri persalinan dengan seksio sesarea. Dalam hal ini persalinan dapat diawasi untuk beberapa waktu guna mengetahui apakah pembukaan berlangsung dengan lancar atau tidak. Versi ekstraksi dapat dilakukan pula pada kehamilan kembar apabila setelah bayi pertama lahir, ditemukan bayi kedua berada dalam letak lintang. Pada letak lintang kasep, versi ekstraksi akan mengakibatkan ruptur uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea dengan segera, sedangkan pada janin yang sudah mati dilahirkan pervaginam dengan dekapitasi.

J.   Pengkajian
1.               Aktifitas / Istirahat : Melaporkan keletihan, kurang energy, Letargi, penurunan penampilan
2.               Sirkulasi : Tekanan darah dapat meningkat
3.               Eliminasi : Distensi usus atau kandung kencing mungkin ada
4.               Integritas ego : Mungkin sangat cemas dan ketakutan
5.               Nyeri / Ketidaknyamanan
Dapat terjadi sebelum awitan(disfungsi fase laten primer) atau setelah persalinan terjadi (disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat memanjang : 20 jam atau lebih lama pada nulipara (rata- rata adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada multipara (rata – rata adalah 5 ½ jam).
6.        Keamanan
Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34minggu dalam upaya untukmengubah presentasi bokong menjadi presentasi kepala
Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu wajah, atau posisi bokong)
Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari 2 cm/jam pada multipara
7.       Seksualitas
Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.
8.      Pemeriksaan Diagnosis
a.          Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
b.         Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi dan formasi.
c.           
K.  Diagnosa Keperawatan
1.               Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.               Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin
3.               Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
4.               ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan krisis situasi
5.               Ansietas berhubungan dengan proses persalinan





L.  Perencanaan
Dx 1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria hasil :
1.            Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan
2.            Tampak rileks diantara kontraksi
3.      Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI
RASIONAL
1.               Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan
2.               Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana

3.               Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu.


4.               Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, pemberian es batu)
5.               Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM
6.               Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi
1.               Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman
2.               Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
3.               Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan
4.               Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien

5.               Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi
6.               Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus

Dx 2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin
Kriteria hasil :
1.      Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI
RASIONAL
1.               Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi


2.               Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai,serta aktifitas dan istirahat sebelum awitan persalinan

3.               Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik

4.               Catat penonjolan , posisi janin dan presentasi janin

5.               Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi



6.               Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.

7.               Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi,untuk malposisi
1.          Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat
2.          Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama

3.          Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,meningkatkan risiko komplikasi maternal / janin
4.          Indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama
5.          Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat memperbaiki pola hipertonik.Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks
6.          Oksitosin perlu untukmenambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik.
7.          Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina

Dx3 : Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
Kriteria hasil :
1.      Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi lambat
INTERVENSI
RASIONAL
1.         Kaji DDJ secara manual atau elektronik, perhatikan variabilitas, perubahan periodik dan frekuensi dasar.


2.         Perhatikan tekanan uterus selamaistirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia
3.         Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus.beritahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang

4.         Siapkan untuk metode melahirkanyang paling layak, bilabayi dalam presentasi bokong


5.         Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi klien dengan PKA
1.          Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang berlebih – lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis
2.          Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos
3.          Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidakmemungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos
4.          Presentasi ini meningkatkan risiko , karena diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan kelahiran secara seksio sesaria
5.           (Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan malahirkan pervagina bila presentasi selain verteks

\
Dx4 : Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
1.      Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2.      Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif  
INTERVENSI
RASIONAL
1.            Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi / penonjolan


2.            Kenali realitaskeluhan klien akan nyeri /ketidaknyamanan


3.            Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya frustasi





4.            Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
5.            Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang dipelajari
1.                Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi
2.                Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional
3.                Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal /pelepasan katekolamin,menyebabkan ketidak seimbangan endokrin,kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik
4.                Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping
5.                Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara positif



Dx 5 : Ansietas berhubungan dengan proses persalinan
Kriteria hasil :
1.      Tidak ada tanda-tanda kegelisahan
2.      Tidak ada ketegangan otot
3.      Tangan  tidak mengepal
4.      Tidak ada distress
5.      Tidak ada ketegangan otot wajah
6.      Tidak ada sifat lekas marah
INTERVENSI
Anxiety reduction
1.      Menggunakan pendekatan terapetik secara tenang.
2.      Panggil pasien dengan panggilan yang disukai
3.      Kaji penyebab kekhawatiran klien
4.      Jelaskan semua prosedur untuk mengurangi kekhawatiran
5.      Sediakan lingkungan yang nyaman bagi klien
6.      Batasi  pengunjung
7.      Dengarkan keluhan klien
8.      Bina hubungan saling percya dengan klien
9.      Identifikasi perubahan ansietas
10.  Observasi secara verbal dan non verbal tanda–tanda ansietas
11.  Dorong agar bisa beraktifitas secara kompetitif





BAB IV
PENUTUP



A.          Kesimpulan
Letak lintang (Trasverse Lie ) adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada satu sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.
Pada letak lintang tubuh bayi memanjang tubuh kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip  adalah letak lintang obliq (Cuningham,1995). Pada letak lintang sumbu anak tegak lurus atau hampir tegak lurus dengan sumbu panjang ibu.
Terdapat 2 jenis letak lintang :
1.         Presentasi bahu (Presentasi akromion ) yaitu pada letak lintang , bahu yang menjadi bagian terendah .
2.         Dorso anterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah depan, dan dorso posterior yaitu jika punggung terdapat di sebelah belakang (DS Bratakoesoema,2005)

B.              Saran
  1. Dilakukan antenatal care yang teratur terutama pada ibu hamil multipara ataupun yang memiliki kelainan pada jalan lahir
  2. Diberikan pelatihan bagi tenaga medis untuk pertolongan persalinan letak lintang



DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America : Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta: EGC.


Terimakasih telah berkunjung & Semoga membawa manfaat bagi kita semua... :)
Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh...

Oleh : Dini Kurniawati |Dana dan Usaha Himika 2012/2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar